Perbedaan Skill dan Gelar, Mana yang Lebih Penting?

Banyak sekali orang yang menaruh kepercayaan bahwa dengan menempuh Pendidikan tinggi akan menjamin kehidupan yang lebih baik ke depannya. Hal ini juga tertanam pada sebagian orang tua yang menyekolahkan anaknya dengan harapan kehidupan yang lebih baik.

Padahal tujuan menempuh Pendidikan adalah untuk mendapatkan gelar. Lantas apa yang mendorong kita untuk sukses, apakah gelar tidak cukup? mari simak pembahasan berikut ini mengenai perbedaan skill dan gelar.

Skill

Skill adalah istilah untuk suatu kemampuan, kompetensi, bakat, keahlian, dan keterampilan. Kemampuan ini bisa meliputi kemampuan kognitif, fisik, atau sosial yang diperoleh melalui pendidikan, latihan, atau pengalaman. Beberapa contoh kemampuan termasuk kemampuan membaca, mengetik, berbicara bahasa asing, atau mengendarai mobil. Kemampuan ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pribadi atau profesional.

Gelar

Gelar adalah tingkat akademis yang diberikan kepada seseorang setelah menyelesaikan program pendidikan tertentu. Gelar ini dapat diterima dari sekolah menengah, perguruan tinggi, atau program pascasarjana. Beberapa contoh gelar yang umum diterima di perguruan tinggi adalah Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3). Gelar ini dapat menunjukkan tingkat keahlian dan kompetensi seseorang dalam suatu bidang studi atau profesi tertentu.

Pada kesempatan pers  di Kabupatenn Kendal, presiden Joko Widodo menekankan pentingnya kompetensi dan keterampilan untuk memasuki dunia kerja. Beliau mengatakan jaman sekarang bukan lagi adu ijazah tetapi adu skill. Presiden Joko Widodo menambahkan “Semua negara sekarang ini persaaingannya ada disitu. Bukan ijazahmu apa, bukan adu ijazah apa sekarang, adu keterampilan, adu skill, dan kompetensi.

Menteri Pendidikan, Nadiem Anwar Makariem juga mengatakan bahwa pada era digital ini, gelar tidak lagi menjamin kompetensi. Menurutnya gelar kelulusan tidak memberi garansi kesiapan seseorang dalam bekerja.

Mengetahui hal ini dapat disimpulkan bahwa jaman sekarang sangat penting untuk memiliki skill atau kemampuan yang kompeten. Jika kita ingin bisa bersaing di dunia kerja era modern, gelar dan ijazah tidak pernah cukup.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ialah memulai untuk mempelajari hal baru. Berusaha menemukan passion untuk mendalami suatu bidang, sembari mengenai kekuatan dan bakat dalam diri. Mengasah skill bisa dilakukan dengan berbagai sumber informasi yang ada saat ini. Lebih professional bisa dilakukan dengan mengambil kelas atau sertifikasi ilmu tertentu. Kamu juga harus banyak membaca buku untuk menambah pembendaharaan pengetahuan.

Semua hal tersebut harus dilakukan jika kita ingin survive di kerasnya dunia kerja saat ini.

Share This Post

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Percaya Diri

Mengenal Imposter Syndrom dan Cara Menghadapinya

Pernahkah kamu merasa kurang layak untuk mendapatkan suatu capaian? Atau kamu gelisah, berpikir bahwa seharusnya bukan kamu yang berhak menempati suatu posisi. Bahkan kamu merasa tidak layak mendapat pujian karena merasa biasa saja? Padahal kamu memiliki pengalaman juga capaian yang seharusnya patut dibanggakan. Jika kamu mengalami tanda-tanda tersebut, mungkin kamu mengalami Imposter Syndrom. Imposter Sindrom merupakan suatu kondisi psikologis saat seseorang merasa tidak layak atau tidak pantas terhadap suatu keberhasilan yang telah diperoleh. Lebih parah, orang yang terkena sindrom ini merasa mereka menipu orang lain seolah berpura-pura hebat untuk mengelabuhi orang lain sehingga mengira mereka lebih kompeten daripada sebenarnya. Padahal,

Cara Berdamai dengan Diri Sendiri agar Hidup Lebih Bahagia

Berdamai dengan diri sendiri adalah suatu keadaan di mana kita dapat menerima semua hal yang telah terjadi pada diri kita, baik di kehidupan yang lalu atau dalam bentuk fisik hingga luka psikologis. Menerima suatu keadaan serta semua kondisi terhadap segala hal tentu tidak mudah untuk dilewati, apalagi jika kita memilih kekurangan yang dapat menjadikan kita sering mengalami posisi terburuk hingga mengalami bullying. Berdamai dengan diri sendiri tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan jika kita tidak merasa siap untuk melakukannya. Oleh karena itu, kita dapat atasi lebih dulu terkait kejadian atau peristiwa yang pernah dialami, karena jika diabaikan maka kamu akan