Pernahkah kamu merasa kurang layak untuk mendapatkan suatu capaian?
Atau kamu gelisah, berpikir bahwa seharusnya bukan kamu yang berhak menempati suatu posisi.
Bahkan kamu merasa tidak layak mendapat pujian karena merasa biasa saja? Padahal kamu memiliki pengalaman juga capaian yang seharusnya patut dibanggakan.
Jika kamu mengalami tanda-tanda tersebut, mungkin kamu mengalami Imposter Syndrom.
Imposter Sindrom merupakan suatu kondisi psikologis saat seseorang merasa tidak layak atau tidak pantas terhadap suatu keberhasilan yang telah diperoleh. Lebih parah, orang yang terkena sindrom ini merasa mereka menipu orang lain seolah berpura-pura hebat untuk mengelabuhi orang lain sehingga mengira mereka lebih kompeten daripada sebenarnya. Padahal, kamu memang sehebat itu.
Jika kamu masih tidak yakin mengalami sindrom ini atau tidak, mari simak beberapa ciri-ciri berikut ini :
Merasa tidak mampu melakukan tugas yang diberikan
Merasa bahwa keberhasilan yang diperoleh hanyalah hasil kebetulan atau keberuntungan semata.
Merasa berpura-pura dan khawatir jika orang lain mengetahui bahwa kita tidak sekompeten itu di realitas nyata.
Menghindari tampil di depan public atau menghindari topik pembicaraan mengenai capaian yang membuat diri merasa bodoh dan kurang kompeten.
Terlalu keras pada diri sendiri dan merasa bahwa yang dilakukan tidak cukup baik dan sempurna.
Apakah kamu merasakan salah satu ciri-ciri tersebut?
Jika iya, mari lebih dalam telusuri sebenarnya apa yang membuat imposter sindrom ini terjadi.
Imposter sindrom bisa terjadi karena pendidikan atau lingkungan yang menekankan kesempurnaan. Dimana kamu selalu dituntut untuk maksimal di segala hal, sehingga berakibat munculnya perasaan selalu kurang berusaha meskipun sebenarnya kamu sudah melakukan yang terbaik.
Selain itu, imposter sindrom juga bisaa disebabkan karena perbandingan yang diberikan oleh orang tua atau bahkan dirimu sendiri terhadap orang lain. Kamu mematok standar tinggi yang sebenarnya tidak harus kamu lakukan.
Imposter sindrom juga bisa dipicu oleh kegagalan berulang kali yang menbuat diri merasa tidak kompeten melakukan sesuatu. Bisa jadi pula muncul akibat lingkungan kerja yang sangat kompetitif atau lingkungan yang tidak mendukung.
Dari sini kamu paham kan apa yang menyebabkan imposter sindrom, sehingga kamu bisa coba mengatasinya dengan beberapa hal berikut ini :
Pahamilah bahwa semua orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Keberhasilan yang diraih adalah hasil kerja keras dan kompetensi yang patut diapresiasi.
Carilah dukungan orang lain untuk berbicara mengenai hal ini. Kamu juga bisa mengambil konseling jika kamu merasa imposter sindrom ini mengganggu keseharianmu.
Berhentilah membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah untuk mengupgrade kemampuanmu, karena sesungguhnya “hard work will loose the talent, when the talent doesn’t work hard”. Semua hal bisa dipelajari dan diasah selama kamu menaruh fokus pada hal tersebut.
Bagaimana sekarang? Apakah kamu merasa lebih baik setelah membaca artikel ini?
Tenang, kamu tidak sendirian. Semua orang memiliki perjalanan healingnya masing-masing.
Jika kamu suka artikel ini bagikanlah sehingga menebar manfaat bagi orang banyak.
Pernahkah kamu merasa kurang layak untuk mendapatkan suatu capaian? Atau kamu gelisah, berpikir bahwa seharusnya bukan kamu yang berhak menempati suatu posisi. Bahkan kamu merasa tidak layak mendapat pujian karena merasa biasa saja? Padahal kamu memiliki pengalaman juga capaian yang seharusnya patut dibanggakan. Jika kamu mengalami tanda-tanda tersebut, mungkin kamu mengalami Imposter Syndrom. Imposter Sindrom merupakan suatu kondisi psikologis saat seseorang merasa tidak layak atau tidak pantas terhadap suatu keberhasilan yang telah diperoleh. Lebih parah, orang yang terkena sindrom ini merasa mereka menipu orang lain seolah berpura-pura hebat untuk mengelabuhi orang lain sehingga mengira mereka lebih kompeten daripada sebenarnya. Padahal,
Berdamai dengan diri sendiri adalah suatu keadaan di mana kita dapat menerima semua hal yang telah terjadi pada diri kita, baik di kehidupan yang lalu atau dalam bentuk fisik hingga luka psikologis. Menerima suatu keadaan serta semua kondisi terhadap segala hal tentu tidak mudah untuk dilewati, apalagi jika kita memilih kekurangan yang dapat menjadikan kita sering mengalami posisi terburuk hingga mengalami bullying. Berdamai dengan diri sendiri tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan jika kita tidak merasa siap untuk melakukannya. Oleh karena itu, kita dapat atasi lebih dulu terkait kejadian atau peristiwa yang pernah dialami, karena jika diabaikan maka kamu akan